ARTICLE AD BOX
Forum ini, yang berlangsung di Hotel Merusaka, Nusa Dua, sejak 8 September, berhasil merumuskan sejumlah rekomendasi strategis terkait tiga pilar utama: perlindungan dan restorasi laut, perubahan iklim, serta ekonomi biru berkelanjutan.
Pada pilar pertama, yaitu perlindungan dan restorasi laut, rekomendasi yang dihasilkan menekankan pentingnya pengelolaan laut yang terintegrasi. Hal ini meliputi pembentukan mekanisme kelembagaan yang mampu mengoordinasikan perencanaan ruang laut dan kawasan konservasi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dari semua tingkat stakeholder, mulai dari masyarakat lokal hingga pemerintah, serta penyusunan basis data terintegrasi yang menghubungkan perencanaan ruang laut dengan konservasi.
Untuk pilar perubahan iklim, forum membahas dampak perubahan iklim sebagai salah satu faktor utama dalam perencanaan ruang laut. Selain mencakup aspek mitigasi dan adaptasi, diskusi ini juga menyoroti risiko perubahan iklim terhadap proses perencanaan tersebut. Rekomendasi penting dari pilar ini adalah peningkatan literasi pemangku kepentingan terkait dampak perubahan iklim, serta perlunya panduan global yang mendukung integrasi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dalam perencanaan ruang laut.
Sementara pada tema ekonomi biru berkelanjutan, diskusi menyoroti perencanaan ruang laut sebagai alat utama untuk mewujudkan pengelolaan ruang laut yang efisien, adil, dan berkelanjutan. Topik ini menggarisbawahi bagaimana pemanfaatan ruang laut yang baik dapat mendukung pembangunan ekonomi biru dengan tetap menjaga keberlanjutan lingkungan.
"Fokus utama pertemuan ini adalah bagaimana kita dapat menata ruang laut di masa depan untuk menghadapi tiga tantangan besar: perlindungan dan restorasi laut, perubahan iklim, serta ekonomi biru," ujar Arief Widianto, Head of National Marine Spatial Planning Division of MMAF, dalam keterangan pers yang disampaikan usai forum.
Selain pertemuan utama, forum ini juga mengadakan kegiatan Stakeholder Day, di mana peserta dibawa mengunjungi empat lokasi di Bali untuk melihat langsung praktik perencanaan ruang laut. Lokasi tersebut meliputi Mangrove Information Center (MIC), Budidaya Karang Hias (CV. Cahaya Baru), Turtle Conservation and Education Center (TCEC), dan Pelabuhan Terpadu Benoa untuk melihat implementasi Benoa Maritime Tourism Hub.
Arief menambahkan, "Indonesia diharapkan dapat berperan lebih aktif dalam forum regional dan global. Persiapan Indonesia sebagai tuan rumah MSP Forum ini mendapatkan apresiasi tinggi dari delegasi negara peserta."
Rekomendasi yang dihasilkan dari forum ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi negara-negara peserta dalam menghadapi tantangan pengelolaan ruang laut, terutama dalam hal perlindungan ekosistem laut, penanganan dampak perubahan iklim, serta pengembangan ekonomi biru yang berkelanjutan.pol