ARTICLE AD BOX
Peristiwa ini disebut terjadi di Banjar Katimemes, Desa Adat Bedha, Desa Sudimara, Tabanan. Keluarga yang diklaim mendapat penelantaran adat ini dikatakan masih bagian dari keluarga besar Semeton Mulyadi Tabanan (Semut), pendukung paket Calon Bupati nomor urut 1 Mulyadi-Sengap.
Desa Adat Bedha disebut tidak bisa memastikan penyediaan gong pengiring upacara makingsan ring pertiwi (pemakaman) lantaran sekaa gong tidak siap. Hal ini lantas diikuti bentuk-bentuk kecurigaan lain hingga mengarah ke klaim residu polarisasi Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (Pilbup) Tabanan.
Ketua KPU Provinsi Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan menyayangkan adanya peristiwa semacam ini, apalagi jika apa yang dinarasikan di jagat maya benar-benar terjadi di lapangan. Ia menilai, cakada punya peran sentral sebagai cooling system pasca kontestasi politik.
“Saya harap teman-teman yang berlomba kemarin, kalau di wilayahnya masih ada konflik, mestinya datangilah berdua bahwa Pilkada sudah selesai, mari berdamai kembali,” tegas Lidartawan saat media gathering di Denpasar, Senin (23/12/2024).
Eks Ketua KPU Kabupaten Bangli dua periode ini mencurigai adanya provokator di balik konflik residu Pilkada Serentak 2024 ini. Ia tidak yakin masyarakat umum sendiri menginisiasi konflik tanpa ada sosok pemantik yang masih melihat kontestasi politik terus berlanjut.
“Saya yakin dan percaya ini ada provokasinya. Jadi, bukan murni seluruh masyarakat,” beber Lidartawan.
Oleh karena itu, Lidartawan meminta cakada menjadi contoh bagi masyarakat khususnya para pendukung. Ia percaya, masyarakat akan mencontoh pemimpin mereka kalau tokoh elit ini bersikap negarawan dan kenegarawanan itu harus dipertontonkan di hadapan umum.
“Provokator inilah yang harus diyakinkan oleh para kandidat dengan turun ke lapangan. ‘Sudahlah, kita sudah damai. Yang berkontestasi saja sudah damai, ini ngapain…’ Itu yang harus ditunjukkan,” ucap Lidartawan.
Penyelenggara pemilu yang juga eks akademisi Fakultas Pertanian Universitas Udayana ini cukup menyayangkan konflik berlarut seperti ini masih terjadi. Tapi, residu hajatan politik ini dinilai tidak separah dulu yang membuat pasutri bercerai hingga memisahkan merajan hanya karena berbeda pilihan.
“Saat penetapan cakada terpilih nanti, saya mengajak KPU Kabupaten/Kota mengundang seluruh cakada hadir untuk menciptakan suasana yang lebih bagus,” tandas Lidartawan. *rat
Desa Adat Bedha disebut tidak bisa memastikan penyediaan gong pengiring upacara makingsan ring pertiwi (pemakaman) lantaran sekaa gong tidak siap. Hal ini lantas diikuti bentuk-bentuk kecurigaan lain hingga mengarah ke klaim residu polarisasi Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (Pilbup) Tabanan.
Ketua KPU Provinsi Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan menyayangkan adanya peristiwa semacam ini, apalagi jika apa yang dinarasikan di jagat maya benar-benar terjadi di lapangan. Ia menilai, cakada punya peran sentral sebagai cooling system pasca kontestasi politik.
“Saya harap teman-teman yang berlomba kemarin, kalau di wilayahnya masih ada konflik, mestinya datangilah berdua bahwa Pilkada sudah selesai, mari berdamai kembali,” tegas Lidartawan saat media gathering di Denpasar, Senin (23/12/2024).
Eks Ketua KPU Kabupaten Bangli dua periode ini mencurigai adanya provokator di balik konflik residu Pilkada Serentak 2024 ini. Ia tidak yakin masyarakat umum sendiri menginisiasi konflik tanpa ada sosok pemantik yang masih melihat kontestasi politik terus berlanjut.
“Saya yakin dan percaya ini ada provokasinya. Jadi, bukan murni seluruh masyarakat,” beber Lidartawan.
Oleh karena itu, Lidartawan meminta cakada menjadi contoh bagi masyarakat khususnya para pendukung. Ia percaya, masyarakat akan mencontoh pemimpin mereka kalau tokoh elit ini bersikap negarawan dan kenegarawanan itu harus dipertontonkan di hadapan umum.
“Provokator inilah yang harus diyakinkan oleh para kandidat dengan turun ke lapangan. ‘Sudahlah, kita sudah damai. Yang berkontestasi saja sudah damai, ini ngapain…’ Itu yang harus ditunjukkan,” ucap Lidartawan.
Penyelenggara pemilu yang juga eks akademisi Fakultas Pertanian Universitas Udayana ini cukup menyayangkan konflik berlarut seperti ini masih terjadi. Tapi, residu hajatan politik ini dinilai tidak separah dulu yang membuat pasutri bercerai hingga memisahkan merajan hanya karena berbeda pilihan.
“Saat penetapan cakada terpilih nanti, saya mengajak KPU Kabupaten/Kota mengundang seluruh cakada hadir untuk menciptakan suasana yang lebih bagus,” tandas Lidartawan. *rat