ARTICLE AD BOX
Angin ngelinus di Banjar Pangkung Tanah Kangin itu pun diketahui merusak rumah seorang warga bernama I Wayan Suwenten, 72. Rumah milik Suwenten, tepatnya mengalami kerusakan pada bagian atap setelah tertimpa pohon Wani di pekarangan rumahnya yang tumbang akibat diterjang angin ngelinus pada sekitar pukul 23.30 Wita.
"Tertimpa pohon tumbang karena puting beliung. Dari pendataan di lapangan, hanya ada satu yang rusak. Kemungkian anginnya hanya sempat di situ saja," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalaksa BPBD) Jembrana I Putu Agus Artana, Selasa (8/10).
Saat kejadian angin ngelinus pada Senin malam itu, korban dinyatakan sedang istirahat di kamarnya dan dikagetkan suara gemuruh angin yang juga disusul suara reruntuhan. Begitu mendengar suara itu, korban langsung mengecek keluar dan menemukan rumahnya sudah tertimpa pohon.
"Korban selamat. Kerugian sekitar Rp 25 juta. Tadi anggota kita juga sudah turun untuk membersihkan pohon yang menimpa rumah korban," ucap Agus Artana yang juga ikut turun meninjau asesmen dan evakuasi pohon di rumah korban, Selasa kemarin.
Disinggung mengenai pendataan dampak angin ngelinus yang terjadi pada Senin (7/10) dini hari, Agus Artana menyatakan, sudah semua diasesmen. Sesuai laporan yang diterima sebelumnya, bencana angin ngelinus itu merusak rumah ataupun bangunan milik sejumlah 53 warga di 6 desa/kelurahan wilayah Kecamatan Jembrana dan Kecamatan Negara.
Warga yang terdampak itu, terbanyak di Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, dengan jumlah 32 warga. Selanjutnya di Kelurahan Loloan Barat, Kecamatan Negara, sejumlah 7 warga. Kemudian di Desa Budeng, Kecamatan Jembrana, dan Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, masing-masing sejumlah 4 warga. Sedangkan di Desa Yeh Kuning dan Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, masing-masing ada 3 warga yang terdampak.
Setelah dilakukan asesmen, Agus Artana mengatakan, saat ini masih dilakukan pengkajian untuk klasifikasi kerusakan ataupun kerugian masing-masing korban. Selanjutnya, juga akan diturunkan Tim Pengkaji Kebutuhan Pasca Bencana (Jitupasna) Jembrana untuk mengkaji para korban yang perlu dibantu sesuai ketentuan yang berlaku.
"Kemudian kami juga sudah lakukan proses pemenuhan kebutuhan dasar. Ada beberapa yang memang harus segera kita bantu karena yang rumahnya rusak, biar bisa fokus dulu memperbaiki rumahnya sehingga tidak bisa bekerja, dan kita bantu sembako untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya," ucap Agus Artana.
Menurut Agus Artana, angin puting beliung merupakan salah satu bencana yang sulit diprediksi. Saat ini juga dinyatakan belum ada alat yang dapat memprediksi secara pasti kapan dan di mana pusaran angin itu akan muncul. Namun dari prakiraan cuaca di bulan Oktober 2024 ini sudah masuk fase ekstrim sehingga masyarakat diimbau agar selalu waspada.
"Bulan Oktober ini cuaca sudah mulai ekstrim. Kadang-kadang panas, tiba-tiba hujan disertai juga angin. Jadi masyarakat kita minta tetap waspada. Dan kalau ada kejadian untuk segera melaporkan. Kami 24 jam standby di kantor," pungkas Agus Artana.7ode