ARTICLE AD BOX
Menurut salah satu anggota ST Dharma Sawitra, I Nyoman Ari Santiatika (Man Ari), pengerjaan Ogoh-Ogoh ini dimulai sejak akhir Desember 2024 dengan anggaran sekitar Rp15 juta.
"Ogoh-Ogoh ini menampilkan satu karakter utama dengan detail yang kuat. Kami juga siap berpartisipasi dalam lomba tingkat Kota Denpasar tahun ini, meskipun sistem penilaiannya kini lebih kompetitif dengan konsep tarung bebas," ujar Man Ari.
Fenomena penggunaan sound system berlebihan saat malam Pangerupukan juga menjadi perhatian bagi ST Dharma Sawitra.
"Saya pikir, pemakaian sound system yang terlalu keras bisa mengganggu tradisi dan budaya Bali. Seharusnya kita lebih mengedepankan baleganjur sebagai bagian dari kearifan lokal yang harus dilestarikan," tegasnya.
Dalam satu dekade terakhir, perkembangan seni Ogoh-Ogoh di Bali sangat pesat. Dari penggunaan gabus, kini lebih banyak yang beralih ke bahan ramah lingkungan seperti ulatan bambu dan rotan.
"Saya mendukung pemakaian bahan yang lebih ramah lingkungan, karena selain menjaga tradisi, juga membantu mengurangi limbah. Ini juga bisa memberi dampak positif bagi UMKM lokal yang menyediakan bahan-bahan tersebut," tambahnya.
Man Ari berharap, tahun ini bisa menjadi momentum bagi generasi muda Bali untuk lebih kompak dalam pelestarian budaya.
"Kami ingin Ogoh-Ogoh tahun ini menjadi lirikan wisatawan mancanegara dan terus berkembang. Harapan lainnya, Pemerintah Kota Denpasar bisa lebih mendukung tradisi ini, termasuk dalam hal perlindungan terhadap Ogoh-Ogoh dari aksi perusakan atau pembakaran," tutupnya.
Dengan semangat tinggi, ST Dharma Sawitra siap menyambut Tahun Baru Caka 1947 dan memberikan yang terbaik dalam ajang lomba Ogoh-Ogoh di Kota Denpasar. *m03