Banjar Tangsel Gelar Pujawali

6 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Ketua Panitia Pujawali ke-18 Parahyangan Jagat Guru, Nyoman Putrayasa mengatakan, tema yang mereka angkat adalah "Bangkit dalam Dharma, Sadar dalam Bhakti, dan Berjuang untuk Menuju Kesempurnaan”

"Secara keseluruhan, tema ini mengajarkan bahwa untuk mencapai kesempurnaan hidup, seseorang harus bangkit dalam menjalankan dharma, sadar dalam bhakti kepada Tuhan, dan berjuang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan tertinggi dalam kehidupan," ujar Nyoman Putrayasa kepada NusaBali di sela-sela acara, Minggu (23/2).

Sejumlah rangkaian acara menyambut Pujawali, telah mereka lakukan sejak Januari 2025 lalu. Mulai dari tangkil ke Griye Ring Joglo nunas petunjuk pelaksanaan Pujawali ke Ida Rsi Agung Dwija Putra Pinatih Meliling, Minggu (19/1), persembahyangan Saraswati sekaligus matur piuning pada Sabtu (8/2) hingga pelaksanaan mecaru Manca Sanak, Nedunang Ida Betare, Ngebejian, Pedatengan, Murwa Daksina, Ngelinggihan Daksina Linggih dilanjutkan Persembahyangan Tumpek Landep.

"Puncaknya hari ini, Minggu (23/2) pelaksanaan Pujawali yang dipuput oleh Ida Rsi Agung Dwija Putra Pinatih Meliling," jelas Nyoman Putrayasa.

Pada puncak Pujawali terdapat beberapa kegiatan seperti penampilan seni dan budaya, persembahyangan serta darma wacana. Untuk persembahyangan, panitia tidak membatasi berapa gelombang.

Terlihat pada persembahyangan pertama ada sekitar 700 umat lebih. Mereka bukan hanya berasal dari Banjar Tangsel saja. Tetapi dari Banjar se Provinsi Banten mereka undang pula.

Selain itu, tidak hanya umat Hindu Bali yang tangkil. Ada juga dari Jawa dan Sunda wiwitan.

"Setelah persembahyangan pertama dilanjutkan persembahyangan kedua, ketiga dan sampai umat tidak ada lagi melakukan persembahyangan. Kami melakukan penyineban sekitar jam 19.00-20.00 WIB," kata pria dari Desa Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan ini.

Sementara Darma Wacana disampaikan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, I Nengah Duija. Nengah Duija menjelaskan, umat yang datang ke pura bukan karena ingin dilihat orang atau tidak punya pekerjaan di rumah. Melainkan, karena mereka cinta kepada yang Maha Kuasa. "Lantaran cinta, berkorban segalanya," kata Nengah Duija.

Dia mencontohkan, untuk tampil di Pujawali, penari Rejang rela bangun jam 04.00 WIB pagi dan belum sarapan "Karena ingin tampil dan cinta kepada Ida Batara yang melinggih disini," jelas Nengah Duija.

Nengah Duija pun, mengajak agar umat wajib mencintai seluruh ciptaan Tuhan tanpa melihat perbedaan status, sosial dan jabatan.

"Jadi, jangan hanya mencintai Tuhan dengan kata-kata saja, tapi ciptaan tuhan tidak dicintai," papar Nengah Duija. Sebagai penutup Nengah Duija meminta umat Hindu tidak menghianati cinta kepada Tuhan. "Kita lahir sebagai Hindu, besar sebagai Hindu, mati juga sebagai Hindu, bukan sebagai penghianat," tegas Nengah Duija. k22
Read Entire Article